ANALISIS
PUISI "BANGUNLAH, O PEMUDA"
BERDASARKAN STRATA NORMA
Puisi yang akan dianalisis berdasarkan strata norma
adalah puisi karya A. Hasjmy yang berjudul “Bangunlah, o Pemuda!”
Bangunlah,
o Pemuda!
Gempita suara atas angkasa
Wahyu kebangunan tanah tercinta
Bangunlah pemuda saudaraku sayang
Dengarlah nyanyian girang-gemirang
Marilah saudara berbimbingan tangan
Mengayun langkah pulang ke taman
Bersinar cahaya di ufuk timur
Tanda bangsaku bangun tidur
Insaflah saudara, pemuda bangsaku
Mari berbakti kepada Ibu
Gunakan ketika selagi ada
Berbuatlah jasa selagi muda
Ombak berdesir lagunya merdu
Ditingkah kasidah alunan bayu
Bangkitlah pemuda saudaraku sebangsa
Dengarlah panggilan tanah tercinta
Jangan lagi duduk bermenung
Marilah kita menyadari untung
A.
Lapis
Bunyi (Sound Stratoum)
Lapis bunyi dalam sajak itu ialah semua
satuan bunyi yang berdasarkan konvensi bahasa tertentu yang berjujuan untuk
mendapatkan nilai puitis atau nilai seni. (Djoko 2010:16)
1.
Dalam bait pertama baris pertama pada
puisi Bangunlah, o Pemuda terdapat asonansi a,
hal ini terbukti dalam kata: gempita,
suara, angkasa.
Di baris kedua terdapat aliterasi t,
hal ini terbukti dalam kata: tanah, tercinta. Di baris ketiga terdapat
asonansi a, terbukti dalam kata: bangunlah, saudara, sayang. Di baris
kelima terdapat aliterasi n, terbukti
dalam kata: berbimbingan, tangan. Dan di baris ke enam terdapat
asonansi a, terbukti dalam kata: lahkah, taman.
2.
Dalam bait kedua baris kedua pada puisi
Bangunlah, o Pemuda terdapat asonansi a
dan aliterasi b, terbukti dalam kata:
tanda, bangsaku, bangun. Di baris
keempat terdapat asonansi i, terbukti
dalam kata: mari, berbakti. Di baris kelima terdapat asonansi a, terbukti dalam kata: ketika, ada.
Dan dibait keenam terdapat asonansi a
dan e, terbukti dalam kata: jasa, muda, berbuatlah, selagi.
3.
Dalam bait ketiga baris pertama pada
puisi Bangunlah, o Pemuda terdapat asonansi e,
terbukti dalam kata: berdesir, merdu. Di baris kedua terdapat aliterasi h, terbukti dalam kata: ditingkah, kasidah. Di baris ketiga terdapat asonansi a dan e, terbukti dalam
kata: pemuda, sebangsa. Dan di baris keempat terdapat
asonansi a dan e, terbukti dalam kata: dengarlah,
tetrcinta, panggilan, tanah.
B.
Lapis Arti (units of meaning)
Satuan kecil berupa fonem. Satuan fonem
berupa suku kata. Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat, alenia, bait,
bab, dan selluruh cerita. Itu semua merupakan satuan arti. (Djoko 2010:17)
1.
Dalam bait pertama, ‘gempita suara atas angkasa’ berarti berseru dengan lantang dan
gembira ke seluruh penjuru dunia. ‘wahyu
kebangunan tanah tercinta’ bahwa pemuda Indonesia memiliki tugas untuk
membangun tanah air. ‘dengarlah nyanyian
girang-gemirang’ penulis mengajak kita untuk mendengarkan sebuah nyanyian
yang dilantunkan dengan girang-gemirang. ‘marilah
saudara berbimbingan tangan’ ayolah kita sebagai saudara sebangsa setanah
air bersama bergandeng tangan. ‘mengayun
langkah pulang ke taman’ melangkah menuju tujuan kita, memperjuangkan tanah
air.
2.
Dalam bait kedua, ‘bersinar cahaya di ufuk timur’ menandakan ketika pagi datang. ‘tanda bangsaku sudah bangun’ bahwa para
pemuda sudah mulai bangkit. ‘insaflah
saudara pemuda bangsaku’ penulis mengajak kita para pemuda Indonesia untuk
merenungkan betapa pentingnya memperjuangkan tanah air. ‘mari berbakti kepada Ibu’ ayolah kita perjuangkan tanah air kita
ini sebagai tanda cinta Indonesia. ‘gunakan
ketika selagi ada’ berjuanglah selagi kita masih bernyawa. ‘berbuatlah jasa semasa muda’ penulis
mengajak kita agar berkontribusi dalam hal jasa untuk Negara dimasa muda kita.
3.
Dalam bait ketiga, ‘ombak berdesir lagunya merdu’ dengan desiran ombak yang merdu. ‘ditingkah kasidah alunan sang bayu’ dan
dengan alunan angin yang seakan bernyanyi. ‘bangkitlah
pemuda, saudaraku sebangsa,’ ayo bangkitlah pemuda Indonesia, di mana kita
semua bersaudara. ‘dengarlah panggilan
Tanah tercinta’ dengarkan suara dari tanah tercinta. ‘jangan lagi duduk bermenung’ penulis menyarankan agar kita tidak
lagi berdiam diri. ‘marilah kita
menyadari untung’ kita harus sadar akan keuntungan bahwa perjuangan kita
sekarang tidak sebesar perjuangan pahlawan revolusi dahulu.
C.
Unsur Intrinsik dalam Puisi “Bangunlah,
o Pemuda!”
1.
Tema
tema
pada puisi tersebut adalah ajakan kepada para pemuda untuk bangkit berjuang.
2.
Tipografi
Struktur
bentuk pada puisi di atas adalah terdiri dari 3 bait, setiap bait masing-masing
terdiri atas 6 baris.
3.
Rima
Rima
pada puisi di atas adalah rima berangkai, yaitu dengan pola aabbcc.
4.
Imajinasi / pencitraan
Dalam
puisi di atas hanya terdapat dua pencitraan saja, yaitu citraan penglihatan, citraan
pendengaran, dan citraan perasaan.
‘gempita
suara di atas angkasa’ (citraan penglihatan)
‘marilah
saudara berbimbingan tangan’ (citraan penglihatan)
‘mengayun
langkah pulang ke taman’ (citraan penglihatan)
‘jangan
lagi duduk termenung’ (citraan penglihatan)
‘dengarlah
nyanyian girang-gemirang’ (citraan pendenngaran)
‘ombak
berdesir lagunya merdu’ (citraan pendengaran)
‘ditingkah
kasidah alunan bayu’ (citraan pendengaran)
‘dengarlah
panggilan tanah tercinta’ (citraan pendengaran)
‘marilah
kita menyadari untung’ (citraan perasaan)
5.
Kata konkret
Ibu,
yang mempunyai arti tanah air, Negara Indonesia
Bayu,
yang mempunyai arti angina
6.
Majas
Dalam
puisi di atas hanya terdapat dua majas saja, yaitu majas metafora dan
personifikasi.
‘wahyu
terbangun tanah terinta’ (majas metafora)
‘bersinar
cahaya di ufuk timur’ (majas metafora)
‘tanda
bangsaku bangun tidur’ (majas personifikasi)
‘mari
berbakti kepada ibu’ (majas metafora)
‘dengarlah
panggilan tanah air tercinta’ (majas personifikasi)
7.
Amanat
Amanat
yang terkandung dalam puisi “Bangunlah, o Pemuda!” adalah agar para pemuda
bangsa Indonesia mau bangkit dan memperjuangkan tanah airnya, tanah air Indonesia.
D. Unsur
Ekstrinsik dalam Puisi “Bangunlah, o Pemuda!”
1.
Biografi Pengarang (Ali Hasjmy)
Nama aslinya Muhammad Ali Hasyim
alias Al Hariry. Anak kedua dari 8 orang bersaudara. Lahir di Lampaseh, Aceh
pada 28 Maret 1914. Di Aceh, Ali Hasjmy dikenal sebagai sastrawan, ulama, dan
tokoh daerah. Daam usaha memulihkan keamanan daerah, pemerintah pernah
mengangkatnya sebagai gubernur Aceh pada periode 1957-1964.
Ali Hasjmy sangat gemar membaca dan
mendengarkan musik. Sebagai sastrawan ia telah menerbitkan 18 karya sastra, 5
terjemahan, dan 20 karya tulis lainnya. Salah satu karyanya yaitu Dewan Sajak
(sajak 1938). Beliau juga pernah menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Aceh.
Selain itu, Beliau juga pernah memangku jabatan Rektor Institut Agama Islam
Negeri Jamiah Ar Raniry, Darussalam, Banda Aceh.
Ali Hasjmy pernah ditahan dalam
penjara Jalan Listrik, Medan, karena dituduh terlibat dalam pemberontakan Daud
Beuereuehdi Aceh. Penahanan berlangsung dari September 1953 sampai Mei 1954.
Tetapi tahanan ini istimewa. Antara lain boleh membawa makanan dari luar.
2.
Nilai Sosial
Nilai sosial
yang terdapat dalam puisi “Bangunlah, o Pemuda!” adalah bahwa kita sebagai
pemuda-pemuda Indonesia yang semuanya bersaudara, saudara sebangsa dan setanah
air wajib untuk berjuang mempertahankan kedaulatan tanah air kita bersama-sama.
Melangkah bersama, dan maju bersama tanpa memandang suku yang berbeda karena
kita semua adalah anak-anak dari Ibu pertiwi.