Diadaptasi dari Novel Anak "Jaka Menyawak" dengan bahasa yang sudah disesuaikan.
Jaka Menyawak
Oleh : Widiana Sari
Pada zaman dahulu, di sebuah kerajaan
yang makmur yaitu kerajaan Magenda, hiduplah seorang raja beserta permaisurinya.
Raja itu sangatlah bijaksana dan tidak membeda-bedakan rakyatnya. Si Raja dan
istrinya di karuniai dua orang anak, satu laki-laki dan satunya lagi perempuan.
Anak yang pertama bernama Jaka Pekik dan anak yang kedua bernama Dewi Rara Uju.
Mereka berdua memiliki sifat yang santun seperti ayah dan ibunya. Walalupun
dari keluarga raja, namun Jaka Pekik dan Dewi Rara Uju tidak sombong. Mereka
suka berteman dengan siapa saja.
Beberapa tahun kemudian Jaka Pekik sudah
menginjak remaja, kerajaan masih aman dan makmur. Hingga pada suatu hari, Ayah
dari Jaka Pekik yaitu sang Raja mendapatkan mimpi buruk dalam tidurnya. Sang
Raja bermimpi sesuatu yang buruk terjadi pada kerajaan apabila anak laki-laki
raja tidak segera menikah. Mimpi tersebut membuat raja merasa gundah. Ia sangat
khawatir apabila kejadian dalam mimpinya itu benar-benar terjadi.
Ketika sedang dalam keadaan gundah itu
sang Raja memanggil anak laki-lakinya yaitu Jaka Pekik. Ia meminta Jaka Pekik untuk
segera mencari pendamping hidup padahal Beliau tahu bahwa Jaka Pekik sebenarnya
masih terlalu muda untuk menikah. Namun karena takut mimpi tersebut menjadi
nyata, ankhirnya sang Raja mendesak Jaka Pekik agar segera menikah dengan
menyembunyikan alasan yang sebenarnya.
“Putraku, umurmu semakin bertambah dewasa. Untuk
kepentingan kerajaan, segeralah mencari pendamping dan menikah.” Kata sang
Raja.
Namun menurut Jaka Pekik, umurnya belum terlalu
matang untuk menikah. Ia masih ingin menghabiskan waktu remajanya bersama
teman-temannya.
“Ayahanda, saya akan menuruti semua perintah
Ayahanda. Tapi saya mohon jangan minta hamba untuk menikah dahulu. Hamba masih
ingin menghabiskan waktu remaja hamba dengan teman-teman hamba.”
Mendengar
jawaban dari Jaka Pekik, sang Raja marah. Raja tidak menyangka anak
laki-lakinya itu akan membantah perintahnya.
“Lancang sekali kau berani membantah perintah ayahmu
ini. Sebenarnya kau ini anak manusia atau bukan?” ucap sang raja dengan sangat
emosi.
Jaka Pekik hanya diam. Ibu dan Adiknya yang juga
berada di ruang itu hanya bisa diam karena takut jika mereka ikut berbicara,
sang Raja akan bertambah murka.
Dengan emosi yang memuncak, sang Raja meneruskan
perkataannya.
“karena kau tidak mau menuruti perintahku, ku kutuk
kau wahai Jaka Pekik. Ku kutuk kau menjadi manusia biawak!!!”
Seketika
itu Jaka Pekik berubah menjadi manusia setengah biawak. Si jaka Pekik sangat
sedih. Ia tidak menyangka orang yang sangat Ia sayangi akan mengutuknya hanya
karena Ia tidak menuruti perintah ayahnya satu kali. Ibu dan adiknya juga
sangat terkejut ketika perkataan Sang Raja menjadi kenyataan.
Ketika
melihat wujud anaknya menjadi manusia biawak yang menjijikan. Emosi sang raja
justru semakin menjadi. Ia pun meminta pengawal untuk mengusir Jaka Penyawak dari
istana dan tidak mau lagi mengakui Jaka Menyawak sebagai anaknya.
Jaka
Menyawak pun pergi dari istana. Ibu dan Adiknya hanya bisa menangisi kepergian
Jaka Menyawak tanpa bisa berbuat apa-apa. Tidak tahu ke mana Ia harus berjalan,
akhirnya Jaka Menyawak memutuskan untuk pergi ke hutan saja. Karena baginya
sangat tidak mungkin kalau Ia pergi ke perkampungan warga dengan keadaan
seperti sekarang ini.
Sesampainya
di hutan, Jaka Menyawak melihat ada satu gubug tua. Karena hari pun sudah
mulai
gelap, Ia berpikir tidak ada salahnya beristirahat sejenak di gubug tua itu. Jaka
Menyawak sempat heran kenapa ada orang yang mendirikan tempat tinggal di hutan
seperti ini yang jauh dari perkampungan warga. Kemudian ia bertanya dalam hati
apakah gubug ini masih di tinggali. Semoga saja tidak, pikirnya. Karena jika
ada orang di gubug ini, maka orang tersebut pasti akan terkejut jika melihat
rupa dari Jaka Menyawak yang mirirp biawak.
Ketika
Jaka Menyawak mengetuk pintu gubug, keluarlah wanita tua dari dalam gubug. Ia
sempat terkejut ketika melihat Jaka Menyawak. Tetapi setelah Jaka Menyawak
berbicara bahwa Ia adalah manusia, wanita tua itu justru bersikap ramah
kepadanya. Wanita tua yang dipanggil Nyi Kreti itu juga membujuk agar Jaka Menyawak
tetap tinggal di gubugnya dan mau menjadi anak angkatnya.
Jaka
Menyawak terharu karena dengan tampang yang seperti biawak ini, Nyi Kreti masih
mau mengajaknya tinggal bersama dan mengangkatnya sebagai anak. Jaka Menyawak
pun mengangguk dan mulai sekarang Ia adalah anak dari Nyi Kreti. Nyi Kreti
sangat menyayangi Jaka Menyawak begitu pun sebaliknya.
Tibalah
saatnya Jaka Menyawak meneruskan perjalannya ke kediaman gurunya di pulau
Anggasana. Nyi Kreti yang mendengar perkataan bahwa Jaka Menyawak akan pergi
meninggalkannya mendadak sedih. Namun Jaka Menyawak berjanji bahwa Ia akan
kembali pulang setelah urusannya selesai karena Ia sudah menganggap Nyi Kreti
sebagai ibu kandungnya.
Nyi
Kreti mengikhlaskan kepergian anak angkatnya tersebut dengan berat hati.
Selepas kepergian Jaka Pekik ke padepokan itu hidupnya sangat sepi.
Sehari-harinya Ia hanya menunggu Jak Menyawak pulang ke gubugnya.
Di
padepokan, Jaka Menyawak berguru dengan gurunya yang bernama … setelah di rasa
ilmunya sudah cukup untuk bekal di masa depan, Jaka Menyawak memutuskan untuk
kembali pulang ke rumah Nyi Kreti. Nyi Kreti sangat bahagia ketika Jaka
Menyawak pulang. Ia langsung memeluk Jaka Menyawak sambil menangis saking
rindunya.
Ketika
mereka berdua sedang bercerita, Nyi Kreti tiba-tiba berkata supaya Jaka
Menyawak segera menikah agar memiliki keturunan dan Nyi Kreti mendapat cucu.
Tidak di sangka pemikiran Jaka Menyawak sama dengan apa yang diutarakan oleh
Nyi Kreti. Namun, Jaka Menyawak ingin meminang salah satu putri dari kerajaan
seberang. Awalnya, Nyi Kreti tidak setuju, namun karena desakan sang anak
akhirnya Nyi Kreti menyetujuinya. Datanglah mereka ke kerajaan seberang untuk
meminang salah satu putri dari raja.
Di
kerajaan, mereka berdua hanya di pandang sebelah mata oleh para pengawal. Namun
tidak dengan sang Raja. Beliau menerima dengan senang hati kedatangan Nyi Kreti
dan anaknya. Sang Raja pun menyuruh keduanya mengutarakan maksud dari
kedatangannya. Nyi Kreti pun berbicara bahwa Ia ingin melamarkan salah satu
putri dari Raja untuk anaknya Jaka Menyawak. Raja terkejut. Namun beliau tidak
ingin bertindak gegabah. Beliau pun memanggil ke empat putrinya. Dan menanyakan
apakah dari ke empat putrinya tersebut ada yang mau di pinang oleh Jaka
Menyawak yang buruk rupa. Tiga dari ke empat putri raja tidak mau dan tidak
sudi di pinang oleh Jaka Menyawak. Namun tidak dengan putri ke empat raja. Ia
dengan tulus menerima pinangan dari Jaka Menyawak. Raja terkejut dengan apa
yang dikatakan salah satu putrinya itu.
Di
dalam hati, sang Raja sama sekali tidak menyetujui apabila Jaka Menyawak
menjadi menantunya. Namun dengan berat hati ia terpaksa menyetujuinya demi
reputasinya sebagai Raja. Menikahlah Jaka Menyawwak dengan putri ke empat dari
raja. Istri Jaka Menyawak sangat pandai melayaninya. Jaka sangat bahagia
memiliki istri seperti putri itu.
Hingga
pada suatu hari, sang istri melihat seonggok kulit yang menjijikan, Ia langsung
menyuruh pengawal membakar onggokan tersebut yang ternyata merupakan kuliat
dari Jaka Menyawak. Alhasil Jaka Menyawak tidak bisa kembali ke wujudnya yang
buruk rupa dan berubah menjadi Jaka Pekik seperti sebelum di kutuk yang gagah
dan tampan. Karena ketampanannya, saudara-saudara dari istri Jaka Menyawak
jatuh hati pada Jaka.