Rabu, 16 Desember 2015

Cerpen Anak "Jaka Menyawak"



Diadaptasi dari Novel Anak "Jaka Menyawak" dengan bahasa yang sudah disesuaikan.


Jaka Menyawak
Oleh : Widiana Sari


https://i.ytimg.com/vi/biBT8Td9qlQ/hqdefault.jpg 


Pada zaman dahulu, di sebuah kerajaan yang makmur yaitu kerajaan Magenda, hiduplah seorang raja beserta permaisurinya. Raja itu sangatlah bijaksana dan tidak membeda-bedakan rakyatnya. Si Raja dan istrinya di karuniai dua orang anak, satu laki-laki dan satunya lagi perempuan. Anak yang pertama bernama Jaka Pekik dan anak yang kedua bernama Dewi Rara Uju. Mereka berdua memiliki sifat yang santun seperti ayah dan ibunya. Walalupun dari keluarga raja, namun Jaka Pekik dan Dewi Rara Uju tidak sombong. Mereka suka berteman dengan siapa saja.

Beberapa tahun kemudian Jaka Pekik sudah menginjak remaja, kerajaan masih aman dan makmur. Hingga pada suatu hari, Ayah dari Jaka Pekik yaitu sang Raja mendapatkan mimpi buruk dalam tidurnya. Sang Raja bermimpi sesuatu yang buruk terjadi pada kerajaan apabila anak laki-laki raja tidak segera menikah. Mimpi tersebut membuat raja merasa gundah. Ia sangat khawatir apabila kejadian dalam mimpinya itu benar-benar terjadi.

Ketika sedang dalam keadaan gundah itu sang Raja memanggil anak laki-lakinya yaitu Jaka Pekik. Ia meminta Jaka Pekik untuk segera mencari pendamping hidup padahal Beliau tahu bahwa Jaka Pekik sebenarnya masih terlalu muda untuk menikah. Namun karena takut mimpi tersebut menjadi nyata, ankhirnya sang Raja mendesak Jaka Pekik agar segera menikah dengan menyembunyikan alasan yang sebenarnya.

“Putraku, umurmu semakin bertambah dewasa. Untuk kepentingan kerajaan, segeralah mencari pendamping dan menikah.” Kata sang Raja.

Namun menurut Jaka Pekik, umurnya belum terlalu matang untuk menikah. Ia masih ingin menghabiskan waktu remajanya bersama teman-temannya.

“Ayahanda, saya akan menuruti semua perintah Ayahanda. Tapi saya mohon jangan minta hamba untuk menikah dahulu. Hamba masih ingin menghabiskan waktu remaja hamba dengan teman-teman hamba.”

            Mendengar jawaban dari Jaka Pekik, sang Raja marah. Raja tidak menyangka anak laki-lakinya itu akan membantah perintahnya.

“Lancang sekali kau berani membantah perintah ayahmu ini. Sebenarnya kau ini anak manusia atau bukan?” ucap sang raja dengan sangat emosi.

Jaka Pekik hanya diam. Ibu dan Adiknya yang juga berada di ruang itu hanya bisa diam karena takut jika mereka ikut berbicara, sang Raja akan bertambah murka.
Dengan emosi yang memuncak, sang Raja meneruskan perkataannya.

“karena kau tidak mau menuruti perintahku, ku kutuk kau wahai Jaka Pekik. Ku kutuk kau menjadi manusia biawak!!!”

            Seketika itu Jaka Pekik berubah menjadi manusia setengah biawak. Si jaka Pekik sangat sedih. Ia tidak menyangka orang yang sangat Ia sayangi akan mengutuknya hanya karena Ia tidak menuruti perintah ayahnya satu kali. Ibu dan adiknya juga sangat terkejut ketika perkataan Sang Raja menjadi kenyataan.

            Ketika melihat wujud anaknya menjadi manusia biawak yang menjijikan. Emosi sang raja justru semakin menjadi. Ia pun meminta pengawal untuk mengusir Jaka Penyawak dari istana dan tidak mau lagi mengakui Jaka Menyawak sebagai anaknya.

            Jaka Menyawak pun pergi dari istana. Ibu dan Adiknya hanya bisa menangisi kepergian Jaka Menyawak tanpa bisa berbuat apa-apa. Tidak tahu ke mana Ia harus berjalan, akhirnya Jaka Menyawak memutuskan untuk pergi ke hutan saja. Karena baginya sangat tidak mungkin kalau Ia pergi ke perkampungan warga dengan keadaan seperti sekarang ini.

            Sesampainya di hutan, Jaka Menyawak melihat ada satu gubug tua. Karena hari pun sudah 
mulai gelap, Ia berpikir tidak ada salahnya beristirahat sejenak di gubug tua itu. Jaka Menyawak sempat heran kenapa ada orang yang mendirikan tempat tinggal di hutan seperti ini yang jauh dari perkampungan warga. Kemudian ia bertanya dalam hati apakah gubug ini masih di tinggali. Semoga saja tidak, pikirnya. Karena jika ada orang di gubug ini, maka orang tersebut pasti akan terkejut jika melihat rupa dari Jaka Menyawak yang mirirp biawak.

            Ketika Jaka Menyawak mengetuk pintu gubug, keluarlah wanita tua dari dalam gubug. Ia sempat terkejut ketika melihat Jaka Menyawak. Tetapi setelah Jaka Menyawak berbicara bahwa Ia adalah manusia, wanita tua itu justru bersikap ramah kepadanya. Wanita tua yang dipanggil Nyi Kreti itu juga membujuk agar Jaka Menyawak tetap tinggal di gubugnya dan mau menjadi anak angkatnya.

            Jaka Menyawak terharu karena dengan tampang yang seperti biawak ini, Nyi Kreti masih mau mengajaknya tinggal bersama dan mengangkatnya sebagai anak. Jaka Menyawak pun mengangguk dan mulai sekarang Ia adalah anak dari Nyi Kreti. Nyi Kreti sangat menyayangi Jaka Menyawak begitu pun sebaliknya.

            Tibalah saatnya Jaka Menyawak meneruskan perjalannya ke kediaman gurunya di pulau Anggasana. Nyi Kreti yang mendengar perkataan bahwa Jaka Menyawak akan pergi meninggalkannya mendadak sedih. Namun Jaka Menyawak berjanji bahwa Ia akan kembali pulang setelah urusannya selesai karena Ia sudah menganggap Nyi Kreti sebagai ibu kandungnya.

            Nyi Kreti mengikhlaskan kepergian anak angkatnya tersebut dengan berat hati. Selepas kepergian Jaka Pekik ke padepokan itu hidupnya sangat sepi. Sehari-harinya Ia hanya menunggu Jak Menyawak pulang ke gubugnya.

            Di padepokan, Jaka Menyawak berguru dengan gurunya yang bernama … setelah di rasa ilmunya sudah cukup untuk bekal di masa depan, Jaka Menyawak memutuskan untuk kembali pulang ke rumah Nyi Kreti. Nyi Kreti sangat bahagia ketika Jaka Menyawak pulang. Ia langsung memeluk Jaka Menyawak sambil menangis saking rindunya.

            Ketika mereka berdua sedang bercerita, Nyi Kreti tiba-tiba berkata supaya Jaka Menyawak segera menikah agar memiliki keturunan dan Nyi Kreti mendapat cucu. Tidak di sangka pemikiran Jaka Menyawak sama dengan apa yang diutarakan oleh Nyi Kreti. Namun, Jaka Menyawak ingin meminang salah satu putri dari kerajaan seberang. Awalnya, Nyi Kreti tidak setuju, namun karena desakan sang anak akhirnya Nyi Kreti menyetujuinya. Datanglah mereka ke kerajaan seberang untuk meminang salah satu putri dari raja.

            Di kerajaan, mereka berdua hanya di pandang sebelah mata oleh para pengawal. Namun tidak dengan sang Raja. Beliau menerima dengan senang hati kedatangan Nyi Kreti dan anaknya. Sang Raja pun menyuruh keduanya mengutarakan maksud dari kedatangannya. Nyi Kreti pun berbicara bahwa Ia ingin melamarkan salah satu putri dari Raja untuk anaknya Jaka Menyawak. Raja terkejut. Namun beliau tidak ingin bertindak gegabah. Beliau pun memanggil ke empat putrinya. Dan menanyakan apakah dari ke empat putrinya tersebut ada yang mau di pinang oleh Jaka Menyawak yang buruk rupa. Tiga dari ke empat putri raja tidak mau dan tidak sudi di pinang oleh Jaka Menyawak. Namun tidak dengan putri ke empat raja. Ia dengan tulus menerima pinangan dari Jaka Menyawak. Raja terkejut dengan apa yang dikatakan salah satu putrinya itu.

            Di dalam hati, sang Raja sama sekali tidak menyetujui apabila Jaka Menyawak menjadi menantunya. Namun dengan berat hati ia terpaksa menyetujuinya demi reputasinya sebagai Raja. Menikahlah Jaka Menyawwak dengan putri ke empat dari raja. Istri Jaka Menyawak sangat pandai melayaninya. Jaka sangat bahagia memiliki istri seperti putri itu.

            Hingga pada suatu hari, sang istri melihat seonggok kulit yang menjijikan, Ia langsung menyuruh pengawal membakar onggokan tersebut yang ternyata merupakan kuliat dari Jaka Menyawak. Alhasil Jaka Menyawak tidak bisa kembali ke wujudnya yang buruk rupa dan berubah menjadi Jaka Pekik seperti sebelum di kutuk yang gagah dan tampan. Karena ketampanannya, saudara-saudara dari istri Jaka Menyawak jatuh hati pada Jaka.

3 komentar: